PLURALISME DAN TOLERANSI KEHIDUPAN UMAT KRISTEN, YAHUDI, DAN MUSLIM PASCA KEJATUHAN KONSTANTINOPEL PADA TAHUN 1453 M

Authors

Keywords:

Pluralisme, Konstantinopel, Sistem Millet

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana kebijakan Sultan Mehmed II dan penerapan sistem millet memengaruhi kehidupan sosial, hubungan antarumat beragama, serta praktik toleransi dan pluralisme di Konstantinopel pasca 1453. Metode penelitian yang digunakan adalah metode sejarah dengan pendekatan kualitatif, melalui studi pustaka terhadap sumber-sumber sekunder berupa buku, artikel jurnal, dan karya ilmiah yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemerintahan Utsmani menerapkan kebijakan toleransi yang bersifat pragmatis dengan memberikan jaminan hak-hak dasar kepada komunitas non-Muslim melalui dekrit kesultanan dan sistem millet. Sistem ini memungkinkan komunitas Kristen dan Yahudi mengelola urusan internal mereka secara otonom, meskipun tetap berada dalam batas hukum dan kepentingan negara. Namun demikian, dinamika kehidupan sosial antar komunitas agama tidak selalu berlangsung setara dan cenderung dipengaruhi oleh peran ekonomi serta kontribusi politik masing-masing kelompok. Penaklukan Konstantinopel pada tahun 1453 oleh Sultan Mehmed II merupakan peristiwa penting yang tidak hanya mengubah konfigurasi politik dan kekuasaan, Konstantinopel berkembang sebagai ruang multireligius yang dihuni oleh umat Muslim, Kristen, dan Yahudi di bawah pemerintahan Kesultanan Turki Utsmani.

References

Downloads

Published

2025-12-08

Issue

Section

Articles